Blog Yayasan Salib Suci merupakan wadah berbagi info,opini dan pengalaman dari para guru maupun siswa siswi yang berada di bawah naungan Yayasan Salib Suci. Terima kasih sudah membaca dan mengunjungi blog kami.

Terpopuler

Slide Foto

Rabu, 25 Mei 2011

Ya, Aku bisa ! Mathemagics Competition…

Satu prestasi diraih oleh SD Talenta ditengah-tengah keraguan akan eksitensi dan kualitas pembelajaran di SD Talenta. Tidak tanggung-tanggung, SD Talenta mendapatkan juara 1 dan juara umum untuk perlombaan olimpiade Matematika kategori kelas 1, yang diadakan oleh Be Smart Mathemagics hari Minggu 1 Mei 2011, bertempat di Aula SD Santa Angela, pukul 08.00-13.30 wib. Sedangkan Juara 2 diraih oleh Natasha Shayla Afifah dari SDN Nilem 1 dan Bryan Kuncoro dari Santa Angela mendapatkan Juara 3.

Perlombaan ini dihadiri oleh sekitar 245 siswa SD kelas 1 – 6 dari sekolah-sekolah yang ada di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, diantaranya sekolah Darul Ihkam, BPK Penabur, St. Aloysisus, SDN Merdeka, SDN Banjarsari dan Angela.

clip_image002Jason Enrico Manuela adalah siswa kelas 1 SD Talenta yang memenangkan juara 1 sekaligus juara umum pada perlombaan olimpiade matematika ini. Kemenangan yang diraih Jason, tidak hanya membuat bangga dirinya dan orang tuanya, tapi juga sekolah dan jajaran pendidik di SD Talenta. Keberhasilan Jason tidak dapat dipisahkan dari peranan, dukungan dan bimbingan terus menerus yang diberikan oleh Kawil, Kepsek dan guru-guru di SD Talenta.

Prestasi Jason bukan semata-mata sebuah prestasi individu, tetapi juga merupakan sebuah prestasi bagi tim sekolah SD Talenta. Ini adalah salah contoh praktik terbaik (best practice) yang bisa disebarkan untuk memberikan motivasi dan inspirasi bagi sekolah-sekolah di lingkup Yayasan Salib Suci.

Pendidikan adalah sebuah investasi jangka panjang, sudah selayaknya kita lebih menekankan kepada proses daripada hasil itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh John DeweyPendidikan adalah proses sosial. Pendidikan adalah perkembangan. Pendidikan, bukan persiapan untuk hidup, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri”. Ibarat mencari harta karun, itulah yang harus kita lakukan sekarang. Memastikan bahwa proses berjalan baik dan mencari bakat-bakat terpendam siswa maupun guru yang bisa menjadi contoh praktik terbaik lainnya

(E. Roseanty Agustina-de Saint vis)

SMA TALENTA Team Brings Home the Bacon

 

image
Pose for Excellence: (from left) Mr. Sapta (English Mentor),Laurencia Bella, Clarissa Maretha Sulaiman,
Nicholas Zherenovski, Christian, Evan William Chandra, Ms. Mega and Ms. Rose (English Mentors).

 

A day to celebrate! This was the cheerful shout of the SMA TALENTA students who grabbed three (3) rewarding trophies from the English Days Competition held at Parahyangan University on February 18, 2011.

The students were overjoyed about the result of the contest since they were able to bag two (2) First Place award and one (1) Third Place prize. Laurencia Bella, Grade 10, won the First Prize for an all out performance in the VJ Hunt category. While Nicholas Zherenovski, Grade 11, won the Third Prize for the same event. Quiz Bee team, Evan William Chandra, Christian Heryakusuma and Clarissa Maretha Sulaiman (all Grade 11), competently won the First Prize.

“It was a nice experience, I and my friends had fun during the competition and we barely even felt nervous” said Evan (Quiz Bee contestant). SMA TALENTA participants all agreed to join the competition to experience English fun as they regarded themselves English enthusiasts. Laurencia Bella (VJ Hunt first place) said, “I like learning English but the experience I had during the competition made me love English, now, I become more passionate in watching and listening to movies, videos and songs which are in English. I also gained more confidence in speaking it.”

Dance Mania

We did it!

clip_image002[5]On March 28 and 29, 2011 selected students of SMA Talenta followed the dancing competition at Parahyangan University. They were Geges, Gideon, Santana and Michael who were members of the Modern Dance extra-curricular activity of the school.

There were 15 dance teams of the competition which came from the different schools around Bandung. TALENTA team told that this competition was challenging because each group must perform the best dance movement combinations of traditional and modern dance.

clip_image002[7]There were two stages of the dance competition where both TALENTA team get the chance to perform their best. And it was indeed a fruitful result for them having spotted the second place.

TALENTA dance troupe admitted that it was quite difficult for them to expect for a place in the competition since all the other teams were indeed great in their performances. However they also shared that it was their dancing passion and enthusiasm that made them excel from other groups.(Carlos Siga)

Ketika Angklung Menyatukan Perbedaan

 

Ketika Angklung Menyatukan Perbedaan

oleh: Roseanty de Saint Vis
(Asisten Direktur YSS)

 

IMG_5551 Kekayaan budaya dan kesenian Indonesia sering membuat negara lain kagum dan berusaha untuk dapat belajar banyak dari Negara kita. Banyak dari budaya dan kesenian kita lahir dari permainan lokal rakyat, yang kemudian menjadi budaya nasional, seperti Angklung.

Angklung identik dengan musik kesenian daerah khas Jawa Barat, akan tetapi pada jaman dahulu di beberapa daerah seperti Bali, Madura dan Kalimantan Selatan, kesenian Angklung juga digunakan untuk mengiringi upacara-upacara sakral seperti ngaben di Bali, arak-arakan di Madura dan tari kuda gepang di Kalimantan Selatan Atau bahkan di Serang, digunakan sebagai pengiring mantera pengobatan orang sakit atau menolak wabah penyakit.

Sejak kapan Angklung muncul masih belum bisa diketahui secara pasti, namun Angklung tertua dengan usia mencapai 400 tahun, merupakan Angklung Gubrag yang dibuat di Jasinga, Bogor, Jawa Barat.

Daeng Soetigna, lahir di Garut 13 Mei 1908 dan menetap di Kabupaten Kuningan, adalah orang yang berhasil mengembangkan Angklung menjadi Angklung diatonis (Angklung modern) yang sekarang dikenal secara internasional. Beliau dikenal sebagai the father of Angklung. Tokoh penting lain dalam perkembangan Angklung modern di Jawa Barat adalah Udjo Ngalagena. Berkat usaha kerja keras dari kedua tokoh ini, maka Angklung saat ini dapat disejajarkan dengan musik barat. Terkenalnya musik tradisional angklung Jawa Barat ini membuat banyak pihak dari Negara lain mengklaim bahwa Angklung adalah tradisi kesenian lokal mereka.

IMG_5541 Ditengah maraknya pengklaiman musik Angklung, SMP Santo Yusup Bandung, mendapat kehormatan untuk menunjukan kepiawaian siswa-siswanya dalam memainkan Angklung di Singapura pada kegiatan “1st Singapore Angklung Symposium” yang diselenggarakan di Raflles Girls’ School, tanggal 16-17 Juni 2008. Pertunjukan konser Angklung ini mendapatkan sambutan luar biasa meriah dari perwakilan/peserta, khususnya dari 10 sekolah di Singapura.

Perbedaan bentuk-bentuk fisik angklung mampu disatukan dalam harmonisasi nada yang indah. Peserta dibuat terpukau dan kagum dengan kecekatan siswa siswi SMP Santo Yusup memainkan lagu-lagu daerah Indonesia, lagu-lagu barat sampai musik klasik dengan angklung. Suatu prestasi yang cukup diacungkan jempol.

Keberhasilan 31 siswa siswi SMP Santo Yusup tidak terlepas dari keterlibatan Kepala Sekolah, Guru dan Pemangku Kepentingan dilingkup jajaran SMP Santo Yusup. Kegiatan ekstrakulikuler yang bukan saja menumbuh kembangkan minat siswa siswi dalam musik tradisional Angklung, tetapi mampu membuat siswa siswi SMP Santo Yusup mencintai dan menyadari peran mereka dalam melestarikan musik Angklung. Tidak hanya itu, Angklung mampu menyatukan perbedaaan ras dan budaya siswa siswi dalam ketukan nada-nada yang mampu membuat kita terhanyut dalam keharuan.

Hal yang perlu dicontoh bagaimana kegiatan ekstrakulikuler yang tadinya hanya merupakan kegiatan internal sekolah, mampu berkembang menjadi andalan dan kebanggaan sekolah secara eksternal. Bhineka Tunggal Ika dapat terlihat ketika Angklung menyatukan perbedaan dalam ketukan irama secara harmoni.

Minggu, 22 Mei 2011

Karya:

Penulis: Eddy Sukmana (Divisi Komputer)
Dimuat di : Koran Media Indonesia
Kolom: MOVE
Terbit: Minggu,15 Mei 2011

lihat selengkapnya>>

MOVE MI 15 MEI 2011

Kamis, 19 Mei 2011

SMA Talenta Meraih Peringkat 3 Pada Event Life Science Symposium

Anglo Chinese School (ACS) di Singapura mengadakan perlombaan Life Sience Symposium (LSS) setiap tahunnya. Perlombaan ini telah diikuti oleh berbagai negara seperti Indonesia, India, Vietnam, Malaysia, dan Mexico.
Dalam perlombaan ini peserta diharuskan membuat sebuah karya sesuai tema yang telah dianjurkan. Karya tersebut akan dinilai oleh panitia sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Setelah proses penilaian, panitia pun akan mengumumkan peserta mana saja yang masuk 10 besar. Peserta yang berhasil mendapatkan peringkat 1 – 10 itu akan pergi ke Singapura untuk melakukan expo.

Para peserta LSS tahun ini hanya dari Negara-negara ASEAN. Hal itu dikarenakan event LSS tahun ini bertepatan dengan ulang tahun ACS ke-25 yang merupakan event besar mereka tahun ini.
Tema LSS tahun ini adalah CREARE yaitu creativity and productivity.

SMA Taleta yang juga mengikuti kompetisi ini melakukan penelitian pemanfaatan kulit pisang menjadi cuka. Topic ini merupakan penelitian dari Ibu Septy Nuraelis,S.Si, guru biologi SMA Talenta. Penelitian tersebut kemudian dikembangkan oleh siswa siswi Talenta yang terdiri dari Clarissa.A, Maggie.T.D, Regina .N, Malvin.M dan Ibu Anita Kurniawan,ST sebagai guru pembimbing dengan melakukan perubahan pada cara kerja dan bahan baku.

Untuk symposium tersebut, tim SMA Talenta membawa hasil penelitian, presentasi dan display flowchart untuk di pajang di tempat expo. Dalam ajang itu, penjurian dilakukan dua kali yaitu berdasarkan papper dan presentasi yang dilakukan di tempat expo.

Tim SMA Talenta mendapatkan posisi juara ke-3 pada pembuatan papper dan juara ke-2 pada presentasi hasil penelitian. Kesan yang kami dapat selama acara adalah LSS ini adalah event tahunan yang menarik dan merangsang siswa dan guru untuk selalu berinovasi. Banyak hal yang dapat di adaptasi dari sekolah ACS. Semoga SMA Talenta dapat berprestasi lagi pada event LSS mendatang

(Clarissa A dan Anita.K/SMA TALENTA)

Guru adalah Tukang EmasPengetahuan


 
Guru adalah Tukang Emas Pengetahuan
oleh:Sebastian Sambi (guru Sekolah Talenta)
 
“Anda harus menghilangkan banyak kotoran agar mendapatkan emas”
IMG_5452 Begitulah petuah sang guru ketika hari pertama saya dan kawan-kawan belajar di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di pelosok negeri ini. Secara implisit petuah ini mau mengatakan bahwa eksistensi kami sebagai siswa-siswi baru adalah emas yang belum ditempa dan dengan masuk sekolah itu berarti kami siap ditempa dan tukang/ahli tempanya adalah guru-guru di sekolah. Petuah ini pulalah yang saya bagikan kepada siswa-siswi ketika hari pertama saya mengajar. Bahwa anak-anak didik merupakan emas yang siap ditempa. Emas itu ialah apa yang kita cari dari siswa, dan pada beberapa emas bersinar di permukaan sedangkan pada beberapa yang lain tersembunyi dalam di tanah.
Pertanyaan menantang yang hampir mengganggu kesadaran setiap guru adalah dengan cara apa atau teknik tempa yang bagaimana yang perlu kita pakai guna menemukan dan memurnikan motivasi siswa-siswi kita untuk memiliki hati, pikiran dan prilaku emas?
Setiap guru memiliki metode atau cara tersendiri dalam mengajarkan anak didik menjadi seorang pribadi yang berhati dan berpikiran emas. Pengalamanku sendiri bahwa ada guru yang paling disukai siswa dan ada yang tidak. Hal ini menjadi biasa, karena umumnya begitulah kita hidup di dunia ini – ada orang yang kita sukai ada yang tidak. Namun menjadi istimewa bila kita menemukan bahwa meskipun pelajaran yang diajarkan guru tersebut adalah pelajaran yang paling dibenci banyak siswa (ilmu eksata dan hafalan), mereka tetap mengikuti pelajaran tersebut dan menikmatinya. Ketika saya bertanya kepada siswa apa yang membuat kamu suka atau rajin ke sekolah, mereka menjawabnya dengan polos karena guru-gurunya menyenangkan. Lalu saya bertanya lagi, menyenangkan seperti apa? Siswa/siswi mengatakan: umumnya guru-guru memperlakukan anak-anak didiknya sebagai sahabat mereka.
IMG_5909 Jawaban yang diberikan siswa-siswi di atas kontras dengan nasihat yang pernah saya dengar dari salah seorang rekan guru senior yang mengatakan: “Jangan dekatkan emosi terhadap siswa, Anda dapat tersiksa dan kewenangan Anda akan tergerus” atau “Jika siswa Anda melihat Anda sebagai teman, Anda tidak dihormati.” Apa yang dikatakan rekan guruku ini seolah mendapatkan justifikasinya ketika di lain waktu saya mengikuti sebuah seminar dari seorang professor pendidikan yang mengatakan bahwa “tidak penting siswa menyukai guru mereka. Akan tetapi, mereka harus menghormati guru.” Dan nilai inilah yang kita tanamkan kepada anak didik kita selama ini. Bagi saya hal ini memang benar adanya, namun lebih benar lagi bila di dalam mendidik siswa-siswi seorang guru perlu berpikir seperti yang dikatakan SiriNam S. Khalsa, dalam bukunya yang berjudul “Teaching discipline & Self-respect” bahwa guru merupakan wiraniaga, dan pikiran sehat menuntut agar Anda jangan menjual sesuatu kepada seseorang jika mereka tidak menyukai Anda atau Anda marah kepada mereka. Dari sini kita bisa melihat bahwa kesuksesan seorang guru dalam mengajar terletak bukan pada transfer pengetahuan dan anak mengerti yang kita ajarkan, melainkan pada seberapa dekatkah kita membangun sebuah hubungan positif dan bermakna dengan siswa mereka. Dan hubungan itu membuat mereka terkesan sehingga termotivasi mengembangkan sebuah kehidupan yang baik. Lanjut SiriNam bahwa kita perlu memperlihatkan secara aktif kepada siswa bahwa kita dengan tulus memperhatikan mereka, dan membangun hubungan guru-siswa yang sehat dan bersahabat tanpa berupaya menjadi teman pribadi tiap siswa.
Dengan kata lain, pertama-tama yang perlu kita bangun dalam menjalin hubungan yang positif dengan siswa adalah buatlah supaya mereka tertarik dengan kepribadian kita, cara kita mendengarkan, berbicara, menghargai pendapatnya, memberikan apresiasi dan menegur mereka dengan kasih bukan karena rasa jengkel/dendam dikala mereka melakukan pelanggaran. Karena guru adalah sahabat tetapi sekaligus wiraniaga pengetahuan, mau tidak mau ia harus mampu melakukan pendekatan yang baik ke pelanggan/konsumen pengetahuan, agar sang konsumen/siswa suka akan produk pengetahuan yang dijualnya. Dan tentu hal itu baru dapat terjadi apabila sang guru dan murid di awal tahun pelajaran pada pertemuan kelas pertama saling bercerita soal diri mereka masing-masing – mungkin soal apa yang mereka suka dan tidak suka, dan harapan mereka setelah belajar pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian guru dan murid sama-sama berkomitment untuk mengatakan: “We dare to discover our talents” karena itulah esensi pendidikan – menemukan bakat dan kemampuan sebagai bekal membangun hidup yang lebih baik dan beradab…