Oleh : Monita Christianti
Ir. Ciputra pernah berujar,”Bangsa Indonesia sulit maju karena minimnya semangat entrepreneurship”. Anda yang tidak setuju atau ragu dengan pernyataan itu tentu akan berkilah,” Ah, masa sih?”. Sedangkan Anda yang setuju pasti akan manggut-manggut. Kalau saya sih,” Ah, entahlah, itu kan pendapat sang taipan yang memang entrepreneur sejati dan memang sangat maju”, lho….. Lain lagi dengan para wakil kita yang terhormat, yang mungkin berpendapat,”Bangsa Indonesia sulit maju karena presidennya bukan dari partai saya”. Ini sih, tidak ada hubungannya dengan entrepreneurship atau kewirausahaan.
Apapun, yang jelas berbicara tentang entrepreneurship, Pak Cip lah maestronya. Ia menginginkan dunia pendidikan nasional memasukkan subyek ini ke dalam kurikulumnya, sehingga sekolah tidak hanya menghasilkan para pencari kerja, melainkan juga berani berinovasi dalam menciptakan lapangan kerja. Jadi juragan untuk diri sendiri, gampangnya. Baru kemudian menciptakan lapangan kerja untuk orang lain.
Pada hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2011 yang lalu, PG-TK Santo Agustinus Bandung menggelar entrepreneur day. Masing-masing kelas menghasilkan produknya masing-masing dan dijual di halaman sekolah. Kelas PG menjual produk : bola-bola coklat. Kelas TK A : tempe goreng tepung. Kelas TK B1 : sop buah. Kelas TK B2 : bala-bala. Pembelinya ? Mama dan Papa dong. Eh juga ada oma, opa, tante, oom,dan lain-lain. Suasananya? Persis pasar, rame. Ngomong-ngomong, mengapa yang dipilih produk makanan ya? Apakah anak-anak itu tahu, bahwa mama dan papanya tukang makan ya? Atau mungkin anak-anak itu tahu bahwa bisnis makanan adalah bisnis yang menarik. “Makan”, kiwari bukan hanya sekedar kegiatan “wajib” untuk mengenyangkan perut dan “isi ulang” tenaga, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Kalau orang Barat sih bilang, “You are what you eat”. Kita tengok saja di sentra-sentra kuliner, kaga ade matinye, selalu kebanjiran pengunjung.
Tapi yang pasti, alasan menentukan makanan sebagai barang dagangan pada kesempatan ini, karena sekolah ingin memperkenalkan bidang usaha yang paling dekat dengan anak dan pembuatannya dapat dikerjakan oleh anak, yaitu makanan sederhana, bukan semata-mata karena Mama Papa doyan jajan lho…..(gitu kata Ms. Carol)
Lantas, apa saja rangkaian aktivitas anak-anak dalam rangka entrepreneur day itu? Ya bak entrepreneur sejati, tetapi dalam konteks yang sangat sederhana. Anak-anak dilibatkan dalam menentukan produk yang akan dijual, menentukan bahan, belanja (yang ini pasti miss-miss nya), mengolah bahan dan menjualnya, sampai dengan menghitung dan membagi laba. Kepada mereka diberikan penjelasan apa itu modal dan laba. Menarik bukan? Paling tidak sekolah ini ikut menanamkan semangat entrepreneurship di jiwa anak-anak kita. Semoga menjadi generasi muda dalam lingkungan yang memiliki budaya entrepreneurship.