Blog Yayasan Salib Suci merupakan wadah berbagi info,opini dan pengalaman dari para guru maupun siswa siswi yang berada di bawah naungan Yayasan Salib Suci. Terima kasih sudah membaca dan mengunjungi blog kami.

Terpopuler

Slide Foto

Kamis, 19 Mei 2011

Guru adalah Tukang EmasPengetahuan


 
Guru adalah Tukang Emas Pengetahuan
oleh:Sebastian Sambi (guru Sekolah Talenta)
 
“Anda harus menghilangkan banyak kotoran agar mendapatkan emas”
IMG_5452 Begitulah petuah sang guru ketika hari pertama saya dan kawan-kawan belajar di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di pelosok negeri ini. Secara implisit petuah ini mau mengatakan bahwa eksistensi kami sebagai siswa-siswi baru adalah emas yang belum ditempa dan dengan masuk sekolah itu berarti kami siap ditempa dan tukang/ahli tempanya adalah guru-guru di sekolah. Petuah ini pulalah yang saya bagikan kepada siswa-siswi ketika hari pertama saya mengajar. Bahwa anak-anak didik merupakan emas yang siap ditempa. Emas itu ialah apa yang kita cari dari siswa, dan pada beberapa emas bersinar di permukaan sedangkan pada beberapa yang lain tersembunyi dalam di tanah.
Pertanyaan menantang yang hampir mengganggu kesadaran setiap guru adalah dengan cara apa atau teknik tempa yang bagaimana yang perlu kita pakai guna menemukan dan memurnikan motivasi siswa-siswi kita untuk memiliki hati, pikiran dan prilaku emas?
Setiap guru memiliki metode atau cara tersendiri dalam mengajarkan anak didik menjadi seorang pribadi yang berhati dan berpikiran emas. Pengalamanku sendiri bahwa ada guru yang paling disukai siswa dan ada yang tidak. Hal ini menjadi biasa, karena umumnya begitulah kita hidup di dunia ini – ada orang yang kita sukai ada yang tidak. Namun menjadi istimewa bila kita menemukan bahwa meskipun pelajaran yang diajarkan guru tersebut adalah pelajaran yang paling dibenci banyak siswa (ilmu eksata dan hafalan), mereka tetap mengikuti pelajaran tersebut dan menikmatinya. Ketika saya bertanya kepada siswa apa yang membuat kamu suka atau rajin ke sekolah, mereka menjawabnya dengan polos karena guru-gurunya menyenangkan. Lalu saya bertanya lagi, menyenangkan seperti apa? Siswa/siswi mengatakan: umumnya guru-guru memperlakukan anak-anak didiknya sebagai sahabat mereka.
IMG_5909 Jawaban yang diberikan siswa-siswi di atas kontras dengan nasihat yang pernah saya dengar dari salah seorang rekan guru senior yang mengatakan: “Jangan dekatkan emosi terhadap siswa, Anda dapat tersiksa dan kewenangan Anda akan tergerus” atau “Jika siswa Anda melihat Anda sebagai teman, Anda tidak dihormati.” Apa yang dikatakan rekan guruku ini seolah mendapatkan justifikasinya ketika di lain waktu saya mengikuti sebuah seminar dari seorang professor pendidikan yang mengatakan bahwa “tidak penting siswa menyukai guru mereka. Akan tetapi, mereka harus menghormati guru.” Dan nilai inilah yang kita tanamkan kepada anak didik kita selama ini. Bagi saya hal ini memang benar adanya, namun lebih benar lagi bila di dalam mendidik siswa-siswi seorang guru perlu berpikir seperti yang dikatakan SiriNam S. Khalsa, dalam bukunya yang berjudul “Teaching discipline & Self-respect” bahwa guru merupakan wiraniaga, dan pikiran sehat menuntut agar Anda jangan menjual sesuatu kepada seseorang jika mereka tidak menyukai Anda atau Anda marah kepada mereka. Dari sini kita bisa melihat bahwa kesuksesan seorang guru dalam mengajar terletak bukan pada transfer pengetahuan dan anak mengerti yang kita ajarkan, melainkan pada seberapa dekatkah kita membangun sebuah hubungan positif dan bermakna dengan siswa mereka. Dan hubungan itu membuat mereka terkesan sehingga termotivasi mengembangkan sebuah kehidupan yang baik. Lanjut SiriNam bahwa kita perlu memperlihatkan secara aktif kepada siswa bahwa kita dengan tulus memperhatikan mereka, dan membangun hubungan guru-siswa yang sehat dan bersahabat tanpa berupaya menjadi teman pribadi tiap siswa.
Dengan kata lain, pertama-tama yang perlu kita bangun dalam menjalin hubungan yang positif dengan siswa adalah buatlah supaya mereka tertarik dengan kepribadian kita, cara kita mendengarkan, berbicara, menghargai pendapatnya, memberikan apresiasi dan menegur mereka dengan kasih bukan karena rasa jengkel/dendam dikala mereka melakukan pelanggaran. Karena guru adalah sahabat tetapi sekaligus wiraniaga pengetahuan, mau tidak mau ia harus mampu melakukan pendekatan yang baik ke pelanggan/konsumen pengetahuan, agar sang konsumen/siswa suka akan produk pengetahuan yang dijualnya. Dan tentu hal itu baru dapat terjadi apabila sang guru dan murid di awal tahun pelajaran pada pertemuan kelas pertama saling bercerita soal diri mereka masing-masing – mungkin soal apa yang mereka suka dan tidak suka, dan harapan mereka setelah belajar pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian guru dan murid sama-sama berkomitment untuk mengatakan: “We dare to discover our talents” karena itulah esensi pendidikan – menemukan bakat dan kemampuan sebagai bekal membangun hidup yang lebih baik dan beradab…

2 komentar:

  1. selmat siang bu.saya mau tau informasi biaya untuk PG

    BalasHapus
  2. selmat siang bu.saya mau tau informasi biaya untuk PG

    BalasHapus